Tsumamah, Sosok Muslim Pertama Yang Ucapkan Kalimat Talbiyah Di Mekkah
Ibnu Hisyam di dalam Sirah Nabawiyah yang ditulisnya, menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersama dengan warga muslim yang ada di Madinah melakukan ekspansi dakwahnya pada tahun keenam hijriyah.
Salah satu carayanya adalah dengan mengirimkan surat kepada raja-raja yang berkuasa dari kalangan bangsa Arab maupun non Arab saat itu. Tujuannya agar Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bisa menyerukan Islam di kerajaan-kerajaan tersebut.
Tsumamah bin Utsal Al Hanafi adalah salah satu raja yang mendapatkan surat ajakan dakwah dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Ia merupakan pembesar Arab yang terpandang dari kalangan Bani Hanifah. Ia pun merupakan Raja Yamamah yang selalu ditaati oleh kaumnya.
Hanya saja, Tsumamah bukanlah orang yang langsung merespon dengan baik ajakan dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Ia bahkan bersikap angkuh dan melecehkan ajakan dakwah Baginda Nabi.
Dengan sombongnya, Ia menutup kedua telinga dengan rapat-rapat setiap kali dibacakan isi surat tersebut Baginda Nabi. Bahkan dengan keangkuhannya, ia merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam beserta ajaran yang dibawanya.
Meskipun Tsumamah tak memiliki kesempatan merealisasikan niat buruknya untuk membunuh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Tsumamah tetaplah mengobarkan api kebencian terhadap agama Islam dan pengikut Baginda Nabi. Alhasil ia berhasil membunuh para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sehingga Baginda Nabi pun menghalalkan darah Tsumamah untuk dibunuh.
Beberapa lama berselang setelah pembunuhan para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Tsumamah berniat untuk menuju kota Mekkah guna melaksanakan umroh. Memang sebelum Islam berjaya, aktivitas seperti umroh dan berhaji dilakukan juga oleh kaum kafirin. Hanya saja pelaksanaannya yang berbeda.
Tsumamah pun berangkat dari negeri Yamamah dan hendak melakukan thawaf serta menyembelih hewan untuk berhala yang ada di sana. Namun ketika berada di perjalanan, ia bertemu dengan pasukan pengamanan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang langsung menangkapnya.
Dari semua pasukan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tersebut, tak ada satu pun yang mengenali sosok Tsumamah dan mereka pun mengikatnya di tiang masjid layaknya tawanan lain sembari menunggu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
Saat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam hendak menuju masjid, ia kemudian melihat Tsumamah terikat di tiang.
Rasulullah bersabda, “Apakah kalian tahu siapa dia?”
Para pasukan tersebut menjawab, “Tidak Ya Rasulullah.”
Rasulullah lantas berkata, “Ini Tsumamah bin Utsal al Hanafi. Tawanlah dia dengan baik.”
Ketika telah selesai dari ibadahnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kemudian berkata kepada pasukan penjaga tawanan, “Kumpulkanlah makanan lezat yang kalian miliki dan hidangkanlah kepada Tsumamah bin Utsal.”
Perlakuan istimewa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kepada Tsumamah juga nampak ketika beliau memerintahkan untuk memberinya minum susu dari unta milik Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sebelum mengajaknya bicara.
Setelah Tsumamah mendapatkan perlakuan yang sangat baik sebagai tawanan, Rasulullah kemudian mendatanginya dan bertanya, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
Tsumamah menjawab, “Aku mempunyai kebaikan wahai Muhammad. Jika kamu membunuh maka kamu membunuh pemilik darah. Namun jika kamu memberi maaf, maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterima kasih. Jika kamu ingin harta, maka katakan saja, niscaya kamu akan kami berikan apa yang kamu inginkan.”
Mendengar ucapan Tsumamah, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tidak membalasnya dan langsung beranjak pergi. Tak lupa hidangan yang lezat pun tetap diberikan kepada Tsumamah.
Dua hari berikutnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kembali mendatangi Tsumamah dan bertanya seperti saat pertama bertemu, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
Tsumamah tetap menjawab, “Aku hanya mempunyai apa yang aku katakan sebelumnya. Jika kamu memberi maaf, maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterima kasih. Jika kamu membunuh, maka kamu membunuh pemilik darah. Jika kamu menginginkan harta, maka mintalah, niscaya akan kami beri berapapun yang kamu mau.”
Seperti hari sebelumnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam meninggalkannya dalam keadaan terikat di tiang. Hari berikutnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya hal yang serupa dan tetap dijawab oleh Tsumamah dengan jawaban yang sama.
Namun kali ini Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyuruh pasukan pengaman untuk melepaskannya. Tsumamah pun pergi meninggalkan masjid dan hendak kembali ke negeri Yamamah.
Ketika sampai di kebun kurma di dekat Madinah, ia menemukan sumber mata air dan bersuci di sana. Seketika itu ia pun memutuskan untuk kembali ke masjid yang menjadi tempat ia ditawan.
Di hadapan sejumlah umat Islam, Tsumamah berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.”
Ia kemudian menemui Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah demi Allah, di bumi ini tidak ada wajah yang paling aku benci melebihi wajahmu, namun sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai,
Demi Allah, tidak ada agama yang paling aku benci melebihi agamamu, namun saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Demi Allah, tidak ada negeri yang paling aku benci melebihi negerimu, namun saat ini menjadi negeri yang paling aku cintai.”
Tsumamah kemudian melanjutkan dengan pengakuannya telah membunuh para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
“Dulu aku pernah membunuh beberapa orang dari sahabat-sahabatmu, apa yang harus aku pikul karenanya?”
Rasulullah kemudian menjawab, “Tidak ada dosa atasmu wahai Tsumamah, karena Islam menghapus apa yang sebelumnya.”
Mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tersebut membuat Tsumamah begitu terharu dan berkata, “Demi Allah aku akan melakukan terhadap orang-orang musyrik sesuatu yang jauh lebih berat daripada apa yang telah aku lakukan terhadap sahabat-sahabatmu. Aku meletakkan pedangku, jiwaku dan orang-orangku demi membelamu dan membela agamamu.”
Tsumamah kemudian menceritakan bagaimana ia ditangkap oleh pasukan muslimin kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
“Ya Rasulullah, pasukanmu menangkapmu pada saat aku hendak melakukan umroh, menurutmu apa yang aku lakukan?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Teruskan umrohmu, namun di atas syariat Allah dan Rasul-Nya.”
Rasulullah kemudian mengajarinya manasik umroh yang sesuai dengan ajaran Islam.
Ketika sudah berada di lembah Mekkah, Tsumamah kemudian berdiri dan berucap dengan keras,
Ilustrasi - Gambar: Mozaik - Inilah |
Salah satu carayanya adalah dengan mengirimkan surat kepada raja-raja yang berkuasa dari kalangan bangsa Arab maupun non Arab saat itu. Tujuannya agar Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bisa menyerukan Islam di kerajaan-kerajaan tersebut.
Tsumamah bin Utsal Al Hanafi adalah salah satu raja yang mendapatkan surat ajakan dakwah dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Ia merupakan pembesar Arab yang terpandang dari kalangan Bani Hanifah. Ia pun merupakan Raja Yamamah yang selalu ditaati oleh kaumnya.
Hanya saja, Tsumamah bukanlah orang yang langsung merespon dengan baik ajakan dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Ia bahkan bersikap angkuh dan melecehkan ajakan dakwah Baginda Nabi.
Dengan sombongnya, Ia menutup kedua telinga dengan rapat-rapat setiap kali dibacakan isi surat tersebut Baginda Nabi. Bahkan dengan keangkuhannya, ia merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam beserta ajaran yang dibawanya.
Meskipun Tsumamah tak memiliki kesempatan merealisasikan niat buruknya untuk membunuh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Tsumamah tetaplah mengobarkan api kebencian terhadap agama Islam dan pengikut Baginda Nabi. Alhasil ia berhasil membunuh para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sehingga Baginda Nabi pun menghalalkan darah Tsumamah untuk dibunuh.
Beberapa lama berselang setelah pembunuhan para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Tsumamah berniat untuk menuju kota Mekkah guna melaksanakan umroh. Memang sebelum Islam berjaya, aktivitas seperti umroh dan berhaji dilakukan juga oleh kaum kafirin. Hanya saja pelaksanaannya yang berbeda.
Tsumamah pun berangkat dari negeri Yamamah dan hendak melakukan thawaf serta menyembelih hewan untuk berhala yang ada di sana. Namun ketika berada di perjalanan, ia bertemu dengan pasukan pengamanan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang langsung menangkapnya.
Dari semua pasukan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tersebut, tak ada satu pun yang mengenali sosok Tsumamah dan mereka pun mengikatnya di tiang masjid layaknya tawanan lain sembari menunggu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
Saat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam hendak menuju masjid, ia kemudian melihat Tsumamah terikat di tiang.
Rasulullah bersabda, “Apakah kalian tahu siapa dia?”
Para pasukan tersebut menjawab, “Tidak Ya Rasulullah.”
Rasulullah lantas berkata, “Ini Tsumamah bin Utsal al Hanafi. Tawanlah dia dengan baik.”
Ketika telah selesai dari ibadahnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kemudian berkata kepada pasukan penjaga tawanan, “Kumpulkanlah makanan lezat yang kalian miliki dan hidangkanlah kepada Tsumamah bin Utsal.”
Perlakuan istimewa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kepada Tsumamah juga nampak ketika beliau memerintahkan untuk memberinya minum susu dari unta milik Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sebelum mengajaknya bicara.
Setelah Tsumamah mendapatkan perlakuan yang sangat baik sebagai tawanan, Rasulullah kemudian mendatanginya dan bertanya, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
Tsumamah menjawab, “Aku mempunyai kebaikan wahai Muhammad. Jika kamu membunuh maka kamu membunuh pemilik darah. Namun jika kamu memberi maaf, maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterima kasih. Jika kamu ingin harta, maka katakan saja, niscaya kamu akan kami berikan apa yang kamu inginkan.”
Mendengar ucapan Tsumamah, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tidak membalasnya dan langsung beranjak pergi. Tak lupa hidangan yang lezat pun tetap diberikan kepada Tsumamah.
Dua hari berikutnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kembali mendatangi Tsumamah dan bertanya seperti saat pertama bertemu, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
Tsumamah tetap menjawab, “Aku hanya mempunyai apa yang aku katakan sebelumnya. Jika kamu memberi maaf, maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterima kasih. Jika kamu membunuh, maka kamu membunuh pemilik darah. Jika kamu menginginkan harta, maka mintalah, niscaya akan kami beri berapapun yang kamu mau.”
Seperti hari sebelumnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam meninggalkannya dalam keadaan terikat di tiang. Hari berikutnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya hal yang serupa dan tetap dijawab oleh Tsumamah dengan jawaban yang sama.
Namun kali ini Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyuruh pasukan pengaman untuk melepaskannya. Tsumamah pun pergi meninggalkan masjid dan hendak kembali ke negeri Yamamah.
Ketika sampai di kebun kurma di dekat Madinah, ia menemukan sumber mata air dan bersuci di sana. Seketika itu ia pun memutuskan untuk kembali ke masjid yang menjadi tempat ia ditawan.
Di hadapan sejumlah umat Islam, Tsumamah berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.”
Ia kemudian menemui Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah demi Allah, di bumi ini tidak ada wajah yang paling aku benci melebihi wajahmu, namun sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai,
Demi Allah, tidak ada agama yang paling aku benci melebihi agamamu, namun saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Demi Allah, tidak ada negeri yang paling aku benci melebihi negerimu, namun saat ini menjadi negeri yang paling aku cintai.”
Tsumamah kemudian melanjutkan dengan pengakuannya telah membunuh para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
“Dulu aku pernah membunuh beberapa orang dari sahabat-sahabatmu, apa yang harus aku pikul karenanya?”
Rasulullah kemudian menjawab, “Tidak ada dosa atasmu wahai Tsumamah, karena Islam menghapus apa yang sebelumnya.”
Mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tersebut membuat Tsumamah begitu terharu dan berkata, “Demi Allah aku akan melakukan terhadap orang-orang musyrik sesuatu yang jauh lebih berat daripada apa yang telah aku lakukan terhadap sahabat-sahabatmu. Aku meletakkan pedangku, jiwaku dan orang-orangku demi membelamu dan membela agamamu.”
Tsumamah kemudian menceritakan bagaimana ia ditangkap oleh pasukan muslimin kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
“Ya Rasulullah, pasukanmu menangkapmu pada saat aku hendak melakukan umroh, menurutmu apa yang aku lakukan?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Teruskan umrohmu, namun di atas syariat Allah dan Rasul-Nya.”
Rasulullah kemudian mengajarinya manasik umroh yang sesuai dengan ajaran Islam.
Ketika sudah berada di lembah Mekkah, Tsumamah kemudian berdiri dan berucap dengan keras,
“Labbaika Allahumma labbaik, labbaika la syariika laka labbaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulk la syarika laka.”Itulah Tsumamah, sosok muslim yang pertama kali mengucapkan kalimat talbiyah di mekkah sebelum Fathu Makkah atau penaklukan Mekkah. Tsumamah pun menyembelih hewan karena Allah semata, bukan karena berhala. Wallahu A’lam
0 Response to "Tsumamah, Sosok Muslim Pertama Yang Ucapkan Kalimat Talbiyah Di Mekkah"
Post a Comment