2 Hal Yang Dilarang Nabi Saat Beribadah
Beribadah secara berlebihan dan keterlaluan adalah jawaban yang paling tepat untuk menjawab judul artikel diatas,
Hadist yang melarang seseorang utuk tidak beribadah secara keterlaluan dan berlebihan hingga lupa akan diri dan keluarganya juga kehidupan dunianya termaktub didalam hadist yang diriwayatkan dari Anas.ra, ia berkata :
Kalau kita melihat jejak langkah Rasulullah.SAW diatas, seakan-akan Rasulullah.SAW itu seperti keadaan kita dan manusia umum lainnya didalam beribadah
Beliau shalat, puasa, tidur dan menikah
Jejak langkah beliau bersifat kemanusiaan dan tidak keterlaluan atau berlebihan
sebab beliaupun punya kepentingan lainnya dari orang-orang disekitar beliau
Beliau mempunyai istri yang perlu dipenuhi kebutuhan lahir dan batinnya dan lain sebagainya
Kita sebagai umatnya pun demikian adanya
Apabila kita memaksakan diri untuk beribadah disepanjang malam, maka akan ada hak istri kita yang tidak kita penuhi haknya
jika kita tidak menikah selamanya (bukan dalam hal benci terhadap sebuah pernikahan) tetapi ada alasan syar'i yang menguatkan keinginan kita didalam hal tidak menikah, maka ada hak perempuan dan hak diri kita sebagai makhluk yang mempunyai naluri syahwat tidak terpenuhi haknya
tetapi jika tidak menikahnya masih mempunyai alasan yang bisa diterima maka tidak apa-apa, karena ada pula sebagian ulama yang demikian.
Maksud dari ketiga kelompok yang dijelaskan hadist diatas, bukanlah patokan ibadah untuk manusia pada umunya
kalau seandainya nabi yang dosanya sudah Allah ampuni baik yang telah lewat maupun yang akan datang
lalu nabi beribadah seperti manusia pada umumnya
itulah yang menjadi patokan standar umum, bukan standar ketiga kelompok yang tadi
soalnya ada pula seorang orang-orang soleh semisal syeikh Abdul Qodir Zaelani
belia shalat malam itu seribu rakaat
untuk seribu rakaatnya ini tidak menjadi patokan umum, karena beliau orang yang soleh dan memang kuat didalam hal ibadahnya
semisal juga Rabi'ah Al-Adawiah, beliau pun shalat malam seribu raakaat, dan shalat seribu rakaat ini jika dilakukan pastilah dari ba'da isya sampai menjelang subuh baru selesai
dan pekerjaan beliau seperti itu tidak bisa dijadikan standar ibadah patokan umum
dan kalau kita tidak mampu demikian dan pasti memang tidak akan mampu, maka kita harus berpatokan umum kepada patokan Nabi kita Nabi Muhammad.SAW.
Orang-orang yang mampu shalat seribu rakaat pada satu waktu malam, seperti syeikh Abdul Qodir Zaelani, atau Syeikh Abu Hasan Assajili, atau Rabi'ah Al-Adawiah, atau juga seperti Ibnu 'Atha'illah as-Sakandari, tetapi mereka ini tidak mencerca sedikitpun ibadahnya Nabi
begitu yang dimaksud
monggo.., silahkan..,
tetapi jangan membenci orang yang ibadahnya seperti Nabi Muhammad.SAW,
maka shalatnya menjadi bagus, asalkan orang yang mempunyai patokan umum seperti ibadahnya Nabi, tidak mencerca.
Tidak mencercanya patokan ibadah Nabi yang secara umum, karena Nabi memang untuk setiap perkara ibadahnya bisa dijadikan pedoman atau contoh,
karena kalau seandainya Nabi shalat malam seperti syeikh Abdul Qodir Zaelani atau lainnya, ini akan menjadi contoh global bagi umatnya dan pasti akan dicontoh oleh umatnya dan memberatkannya,
maka dari itu Nabi shalat malam sebagian saja, begitupun perkara puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
Apabila kita ingin melakukan pekerjaan ibadah yang banyak, maka kita harus pertimbangkan pula orang-orang yang ada disekitar kita dan tidak melanggar hak mereka semua,
kalau seandainya ada kewajaran semacam orang-orang soleh yang tadi yang bisa menundukan dan memberi pengertian kepada semua pihak, maka tidak menjadi masalah,
tetapi kalau tidak, maka ikutilah patokan umum dari pemimpin umat manusia secara global, yaitu Nabi kita Nabi Muhammad.SAW.
Sedikitnya ibadah Nabi tidak seperti ibadah kita,
Beliau bangun malam untuk beribadah kemudian tidur lagi dan ini dilakukan setiap malam sepanjang hidupnya,
kalau sedikitnya kita memang benar-benar sedikit itupun mungkin tidak dilakukan setiap malam karena ada faktor kemalasan atau lainnya,
Nabi adalah orang yang longgar didalam pekerjaan ibadahnya,
ada hak-hak lain yang diberikan oleh Nabi, hak mata diberikan, hak istri diberikan, hak perut, hak berbuka puasa, kemudian hak-hak lain semuanya diberikan oleh Nabi.
Hadist Dikutif dari kitab riyadus sholihin dan Semoga bermanfaat.
Hadist yang melarang seseorang utuk tidak beribadah secara keterlaluan dan berlebihan hingga lupa akan diri dan keluarganya juga kehidupan dunianya termaktub didalam hadist yang diriwayatkan dari Anas.ra, ia berkata :
Datang tiga orang ke rumah-rumah istri Nabi Muhammad.SAW, mereka bertanya tentang ibadahnya Nabi Muhammad.SAW
lalu ketika mereka diberitahu, seakan-akan mereka menganggap sedikit ibadahnya Nabi Muhammad.SAW
lalu mereka berkata "dimana posisi ibadah kami dibanding ibadah Nabi Muhammad.SAW, sedangkan Nabi Muhammad.SAW sudah diampuninya sesuatu yang telah lalu dari dosanya dan yang akan datang?"
berkata salah seorang mereka
"adapun saya shalat malam selamanya"
dan berkata yang lainnya
"dan saya puasa sepanjang masa selamanya dan tidak berbuka (tidak berlebaran)"
dan berkata yang lainnya
"dan saya menjauhkan wanita, tidak kawin selamanya"
Maka datanglah Rasulullah.SAW menghadap mereka, lalu bersabda :
Kalian orang yang sudah mengatakan demikian dan demikian tadi
sungguh Demi Allah, bahwasannya aku sungguh orang yang paling takut diantara kalian kepada Allah.SWT, dan orang yang paling taqwa kepada-Nya
teatapi aku berpuasa dan aku berbuka (berlebaran), dan aku shalat dan aku tidur, dan aku mengawini wanita
Maka barangsiapa yang benci terhadap jejak langkahku, maka tidaklah termasuk dari umatku
(HR. Bukhori Muslim)
Kalau kita melihat jejak langkah Rasulullah.SAW diatas, seakan-akan Rasulullah.SAW itu seperti keadaan kita dan manusia umum lainnya didalam beribadah
Beliau shalat, puasa, tidur dan menikah
Jejak langkah beliau bersifat kemanusiaan dan tidak keterlaluan atau berlebihan
sebab beliaupun punya kepentingan lainnya dari orang-orang disekitar beliau
Beliau mempunyai istri yang perlu dipenuhi kebutuhan lahir dan batinnya dan lain sebagainya
Kita sebagai umatnya pun demikian adanya
Apabila kita memaksakan diri untuk beribadah disepanjang malam, maka akan ada hak istri kita yang tidak kita penuhi haknya
jika kita tidak menikah selamanya (bukan dalam hal benci terhadap sebuah pernikahan) tetapi ada alasan syar'i yang menguatkan keinginan kita didalam hal tidak menikah, maka ada hak perempuan dan hak diri kita sebagai makhluk yang mempunyai naluri syahwat tidak terpenuhi haknya
tetapi jika tidak menikahnya masih mempunyai alasan yang bisa diterima maka tidak apa-apa, karena ada pula sebagian ulama yang demikian.
Maksud dari ketiga kelompok yang dijelaskan hadist diatas, bukanlah patokan ibadah untuk manusia pada umunya
kalau seandainya nabi yang dosanya sudah Allah ampuni baik yang telah lewat maupun yang akan datang
lalu nabi beribadah seperti manusia pada umumnya
itulah yang menjadi patokan standar umum, bukan standar ketiga kelompok yang tadi
soalnya ada pula seorang orang-orang soleh semisal syeikh Abdul Qodir Zaelani
belia shalat malam itu seribu rakaat
untuk seribu rakaatnya ini tidak menjadi patokan umum, karena beliau orang yang soleh dan memang kuat didalam hal ibadahnya
semisal juga Rabi'ah Al-Adawiah, beliau pun shalat malam seribu raakaat, dan shalat seribu rakaat ini jika dilakukan pastilah dari ba'da isya sampai menjelang subuh baru selesai
dan pekerjaan beliau seperti itu tidak bisa dijadikan standar ibadah patokan umum
dan kalau kita tidak mampu demikian dan pasti memang tidak akan mampu, maka kita harus berpatokan umum kepada patokan Nabi kita Nabi Muhammad.SAW.
Orang-orang yang mampu shalat seribu rakaat pada satu waktu malam, seperti syeikh Abdul Qodir Zaelani, atau Syeikh Abu Hasan Assajili, atau Rabi'ah Al-Adawiah, atau juga seperti Ibnu 'Atha'illah as-Sakandari, tetapi mereka ini tidak mencerca sedikitpun ibadahnya Nabi
begitu yang dimaksud
"Maka barangsiapa yang benci terhadap jejak langkahku, maka tidaklah termasuk dari umatku"tetapi seandainya ada orang yang mampu shalat malam dari ba'da isya sampai menjelang waktu subuh
monggo.., silahkan..,
tetapi jangan membenci orang yang ibadahnya seperti Nabi Muhammad.SAW,
maka shalatnya menjadi bagus, asalkan orang yang mempunyai patokan umum seperti ibadahnya Nabi, tidak mencerca.
Tidak mencercanya patokan ibadah Nabi yang secara umum, karena Nabi memang untuk setiap perkara ibadahnya bisa dijadikan pedoman atau contoh,
karena kalau seandainya Nabi shalat malam seperti syeikh Abdul Qodir Zaelani atau lainnya, ini akan menjadi contoh global bagi umatnya dan pasti akan dicontoh oleh umatnya dan memberatkannya,
maka dari itu Nabi shalat malam sebagian saja, begitupun perkara puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
Apabila kita ingin melakukan pekerjaan ibadah yang banyak, maka kita harus pertimbangkan pula orang-orang yang ada disekitar kita dan tidak melanggar hak mereka semua,
kalau seandainya ada kewajaran semacam orang-orang soleh yang tadi yang bisa menundukan dan memberi pengertian kepada semua pihak, maka tidak menjadi masalah,
tetapi kalau tidak, maka ikutilah patokan umum dari pemimpin umat manusia secara global, yaitu Nabi kita Nabi Muhammad.SAW.
Sedikitnya ibadah Nabi tidak seperti ibadah kita,
Beliau bangun malam untuk beribadah kemudian tidur lagi dan ini dilakukan setiap malam sepanjang hidupnya,
kalau sedikitnya kita memang benar-benar sedikit itupun mungkin tidak dilakukan setiap malam karena ada faktor kemalasan atau lainnya,
Nabi adalah orang yang longgar didalam pekerjaan ibadahnya,
ada hak-hak lain yang diberikan oleh Nabi, hak mata diberikan, hak istri diberikan, hak perut, hak berbuka puasa, kemudian hak-hak lain semuanya diberikan oleh Nabi.
Hadist Dikutif dari kitab riyadus sholihin dan Semoga bermanfaat.
0 Response to "2 Hal Yang Dilarang Nabi Saat Beribadah"
Post a Comment