Inilah Bukti Bahwa Impian Adalah Benar Datangnya Dari Allah, Maka Amalkanlah!


"Maka siapa saja yang bisa mengamalkan pesan dari impian sesuai dengan kepahamannya, maka dialah orang yang beruntung."

tafsir mimpi - Inilah Bukti Bahwa Impian Adalah Benar Datangnya Dari Allah, Maka Amalkanlah!
Tafsir mimpi - Gambar (vemale.com)

Berikut ini kami paparkan sebuah kisah yang tertulias pada Kitab Al-Mawaaidz al-‘Ushfuuriyyah tentang kebenaran sebuah mimpi atau impian.

Semoga kisah ini bisa membuktikan serta menguatkan kepada kita semua bahwa impian yang datang kepada orang yang sholeh adalah haq serta benar datangnya dari Allah.

Tersebutlah dalam kitab tersebut seseorang yang soleh yang bernama Tsabit Al Banani.

Suatu malam ketika ia berziarah kubur, Tsabit Al Banani tak sengaja tertidur saat ia berzikir serta berdo'a.

Didalam tidurnya ia bermimpi bahwa ia melihat semua ahli kubur di area pemakaman yang ia ziarahi mengenakan pakaian-pakaian yang bagus.

Nampak pada wajah mereka senyum kebahagian serta tak luput dihadapan mereka hidangan yang bermacam-macam.

Namun di antara mereka ada juga seorang pemuda yang tampak pucat serta raut wajah kesedihan.

Air matanya berlinang dengan kepalanya yang tertunduk serta tak nampak hidangan makanan seperti yang lainnya dihadapannya.

Setelah itu semua para ahli kubur kembali ke dalam kuburannya masing-masing dengan bahagia dan puas.

Ketika pemuda tadi juga hendak kembali ke dalam kuburnya, Tsabit pun berkata kepadanya,

“wahai anak muda, siapakah engkau?

Mengapa mereka mendapatkan hidangan serta kembali ke dalam kuburannya masing-masing dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan,

Sedangkan engkau tidak mendapat hidangan seperti mereka, bahkan engkau kembali dengan wajah kesedihan, duka cita, dan keputus-asaan?”

“Wahai Al-Imam,

aku ini seorang pendatang yang terasing dan tak seorang pun dari keluarga atau kerabatku yang mengingatku,

Mereka tidak mendoakan maupun melakukan amal kebaikan karena aku.

Sementara para penghuni kubur yang lainnya itu, mereka mempunyai anak dan cucu,

kerabat serta keluarganya senantiasa mengingatnya dan mendoakannya, beramal baik juga bersedekah karenanya.

Sehingga setiap malam Jumat selalu datang pada mereka pahala kebaikan dan sedekah dari anak cucu, kerabat serta keluarga mereka.

Sebenarnya aku ini orang yang hendak berhaji bersama ibuku. Tapi ketika kami sampai di kota ini, ketetapan Allah (maut) berlaku untukku.

Maka ibuku menguburkanku di tempat ini, kemudian ibu menikah dengan seorang laki-laki sehingga lupa padaku dan tak pernah mengingatku, mendoakanku, maupun mengirimkan pahala sedekah untukku.

Sungguh, sepanjang waktu aku berada dalam keputusasaan dan dan kesedihan.”

Tsabit berkata kepadanya,

“wahai anak muda, katakanlah kepadaku di mana ibumu sekarang tinggal?

Aku akan memberitahukan kepadanya tentang dirimu serta keadaanmu seperti sekarang ini.”

Pemuda itu menjawab,

“wahai Al-imam, ibuku tinggal di suatu desa dengan rumahnya begini dan begini.

Katakanlah kepadanya semua tentang diriku saat ini.

Seandainya ia tidak memberi sedekah kepadamu maka katakanlah kepadanya,

‘sesungguhnya engkau menyimpan seratus keping uang perak warisan dari suami pertamamu.

Sedangkan yang berhak memiliki uang itu adalah anakmu yang sudah meninggal dan terasingkan.

Maka sedekahkanlah apa yang sudah menjadi haknya itu kepadaku’”

Ketika Tsabit sudah terbangun dari tidurnya, ia segera pergi mencari ibu si pemuda yang ditemuinya dalam mimpi itu.

Setelah bertemu dengan ibu si pemuda itu, Tsabit mengatakan semua tentang keadaan anaknya didalam kubur saat ini,

Tsabit juga mengatakan tentang seratus keping uang perak yang menjadi hak anaknya, yang kini ia simpan.

Setelah mendengar semua cerita yang dikatakan Tsabit, perempuan itu sontak jatuh pingsan karena sedih dan penyesalan yang teramat dalam.

Ketika siuman, perempuan itu segera menyerahkan seratus keping uang perak sambil berkata,

“aku sedekahkan kepadamu seratus keping uang perak ini yang semua pahalanya itu untuk anakku.”

Maka Tsabit pun menerima uang tersebut.

Pada malam Jumat berikutnya, Tsabit melakukan ziarah kubur lagi.

Ia kembali tak sengaja tertidur saat berzikir dan berdo'a, hingga ia pun bermimpi kembali seperti mimpi sebelumnya.

Hanya saja ada yang berbeda pada pemuda yang kemarin ia temui dalam mimpi itu,

Kini ia mengenakan pakaian bagus serta wajahnya berbinar-binar penuh kebahagiaan.

Pemuda itu berkata padanya,

“wahai Al-Imam, semoga Allah membelas-kasihanimu sebagaimana engkau telah membelas-kasihani aku.”

Dari kisah tersebut, nampak bahwasannya mimpi yang didapatkan Tsabit Al Banani didalam tidurya adalah benar adanya.

Serta bisa menjadi penguat yang bisa dijadikan dalil bahwa, do'a dan amal sholeh yang dilakukan oleh orang yang masih hidup pastilah sampai pahalanya kepada orang yang sudah meninggal.

Maka siapa saja yang bisa mengamalkan pesan dari impian sesuai dengan kepahamannya, maka dialah orang yang beruntung.

Lantas bagaimana jika kita mendapatkan sebuah pesan impian dari Allah sedangkan kita tidak tahu makna dari impian itu?

Maka tak lain adalah, kita tanyakan perihal mimpi itu kepada seorang ulama sholeh yang sudah Allah berikan kepahaman kepadanya ilmu tentang tafsir mimpi.

Apakah hal ini tidak bertentangan dengan Syariat?

Tentu tidak,

Bukankah ibadah haji dan berkurban yang biasa kita lakukan pada setiap tahun itu adalah buah dari impiannya Nabi Ibrahim yang tertuang dalam Al-quran?

Wallahu a’lam bish-shawab, demikian dan semoga ada manfaatnya.

Baca juga:



Sumber:
- Kitab Al-Mawaaidz al-‘Ushfuuriyyah
- Wejangan Guruku Tercinta

BERLANGGANAN ARTIKEL GRATIS!
Update artikel terbaru akan kami kirim langsung ke alamat email anda.

Anda perlu mengkonfirmasi link aktivasi yang kami kirim ke email anda!

0 Response to "Inilah Bukti Bahwa Impian Adalah Benar Datangnya Dari Allah, Maka Amalkanlah!"

Post a Comment